Monday, 16 July 2018

Saya dan Komunitas Guru Belajar Part 1



Awal tahun 2017 merupakan tahun ke empat saya menjadi guru. Waktu yang terbilang singkat tapi saat itu saya merasa jenuh dengan pekerjaan saya sebagai guru. Bukan karena saya tak lagi mencintai profesi ini, tapi saat itu saya merasa jenuh dengan rutinitas yang monoton, karena saya bukan tipikel orang yang suka dengan hal yang monoton dan stagnan. Kejenuhan yang menjangkit pastinya mempengaruhi kinerja saya dalam proses mengajar. Acap kali saat mengajar di kelas tidak sepenuh hati dan sepenuh tubuh, sekadar memenuhi tanggung jawab untuk menyampaikan materi di kelas. Sempat terpikir untuk resign dan mencari pekerjaan yang lebih menantang. Pikiran itu terus menyelimuti hasrat dalam diri yang mulai jenuh dengan profesi ini.
Rasa jenuh yang akut ini terus menjalar sampai membuat saya risau. Hal itu mengakibatkan tiap kali ketemu rekan guru saya selalu bertanya “Sudah berapa tahun jadi guru?”, “Mulai merasa jenuh tidak?”. Seolah pertanyaan-pertanyaan ini untuk mengonfirmasi apakah hanya saya yang merasa jenuh dengan profesi ini, atau rekan-rekan guru yang lain juga. Sedikit lega ketika ada rekan guru yang menjawab sama. Menurutnya, jenuh dalam mengajar murapakan fase yang sudah umum terjadi.
Ketika saya merefleksikan rasa kejenuhan dan kemonotonan tersebut. Ternyata memang saya yang mulai tak bersemangat menyiapkan proses belajar untuk anak-anak, karena waktu jam mengajar yang lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya dan kesibukan tambahan yang diamanahkan sekolah kepada saya, sehingga waktu untuk menyiapkan proses belajar kurang maksimal. Selain itu, miskin referensi cara mengajar yang aktif, kreatif, dan inovatif. Kesibukan-kesibukan inilah yang kemudian tanpa sadar saya jadikan alasan untuk pembelaan, kenapa jarang mempersiapkan rancangan pembelajaran. Refleksi ini menjadi proses titik balik. Saat itu saya mulai berniat untuk manejemen waktu lebih baik agar semua seimbang dan tidak ada yang dirugikan khusunya untuk anak-anak didik.
Ikhtiar itu saya mulai dengan berselancar di google dan facebook. Saya melihat postingan teman satu angkatan yang jadi guru (Guru Dina) sedang mengikuti kegiatan Pesta Pendidikan di Jogjakarta dari berfoto-foto yang diupload. Saya iseng komen di statusnya, “Acara apa Din, kok tidak ngajak-ngajak ada acara di Jogja?”. Tak lama kemudian Dina membalas komen saya. Kemudian mengajak saya untuk bergabung dalam Kegiatan Komunitas Guru Belajar Pekalongan, tanpa pikir panjang saya terima tawarannya.
Kegiatan Temu Pendidik atau yang lebih dikenal dengan Mudik yang kali pertama saya ikuti waktu itu, Kamis 11 Mei 2017 diadakan di Rumah Guru Abdurahman yang juga teman satu kampus dulu. Tema Mudik saat itu tentang merdeka belajar oleh-oleh dari Pesta Pendidikan yang disampaikan oleh Guru Nuno Reza Puji dan saya langsung falling in love (bukan dengan guru Nunonya ya, tapi dengan kegiatan Mudik ini). Hehehehee.. J Selain membahas dan praktik tentang merdeka belajar waktu itu juga ada materi dari Guru Ipin mengenai ice breakingDown, Up, dan Boom” yang kemudian membuat kelas jadi lebih seru dan pecah. Saya bagaikan serpihan besi yang tertarik medan magnet dalam Komunitas Guru Belajar ini, di mana ada energi bagi saya untuk ikut menebarkan virus merdeka belajar. Sampai akhirnya saya gandrung dengan kegiatan Temu Pendidikan yang dilakukan oleh Komunitas Guru Belajar Pekalongan (KGB Pekalongan). Dari sinilah motivasi dan semangat mengajar saya kembali bergelora dan berapi-api.
Dari kegiatan mudik yang diadakan oleh KGB Pekalongan saya belajar banyak hal mengenai strategi pembelajaran, media pembelajaran, ice breaking, memanusiakan hubungan, disiplin positif, dan masih banyak ilmu yang lainnya. Pengalaman belajar ini yang kemudian siap saya eksekusi untuk diterapkan dalam proses mengajar di kelas. Ketika dulu saya masuk kelas menjadi raja tanpa mendegar suara siswa dan berperilaku sesuka hati, karena memiliki kuasa sebagai guru kini mulai berubah. Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung kita merencakanakan proses pembelajaran bersama, dari menentukan tujuan berlajar bersama, cara belajarnya, dan penilainya. Cara-cara ini yang merupakan bagian dari siklus merdeka belajar (komitmen pada tujuan belajar, mandiri mengatur strategi untuk mencapai tujuan, dan reflektif).
Pengalaman belajar itu juga sempat saya tulis dan saya kirimkan di Surat Kabar Guru Belajar Edisi 12 (SKGB 12) dan Alhamdulillah lolos diterbitkan. Saat itu saya menerapkan siklus merdeka belajar pada materi surat lamaran pekerjaan pada kompetensi wawancara lamaran pekerjaan. Memang kali pertama mencoba mempraktikkan konsep merdeka belajar tidak mudah tapi bukan berarti tidak bisa. Kesulitan itu tampak pada saat merumuskan tujuan belajar bersama. Pada saat anak-anak diminta untuk merumuskan tujuan belajar bersama, mereka diam dan harus dipancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang reflektif untuk menyetimulus mereka karena mungkin ini pengalaman pertama mereka merumusukan tujuan belajar bersama gurunya, masih terlihat malu-malu dan sedikit canggung. Kenapa tujuan belajar ini sangat penting untuk diketahui dan dirumuskan bersama siswa, karena dengan siswa menyadari tujuan dari belajar materi yang akan kita sampaikan, maka mereka akan lebih berkomitmen dalam melakukan proses belajar karena menyadari kebermanfaatan dari proses belajar tersebut. Jika ingin tahu proses belajarnya bagaimana, silakan bisa download SKGB edisi 12 di sini:
Selain menyadari pentingnya keterlibatan siswa dalam menentukan proses belajar dan keterlibatannya dalam proses belajar, saya juga lebih siap dalam mempersiapkan proses belajar, karena banyak model belajar yang menarik dari apa yang saya dapatkan pada saat Mudik. Bisa dibilang kegiatan Mudik ini adalah pasarnya ilmu dan kita guru-guru yang datang Mudik untuk kulakan strategi dan metode mengajar untuk dijual (dipraktikan) di kelas. Berasakan, kalau orang mau dagang/ jualan makanan tapi kita hanya mampu menjual satu menu makanan, jangan sampai konsumen (siswa) berteriak boring karena dikasih menu yang sama terus menerus.
Salah satu proses belajar yang saya sudah adopsi adalah Pokomen Go. Meski persiapannya membutuhkan waktu, tapi melihat semangat belajar anak yang begitu dasyat jadi terbayar lunas. Saat anak berburu pokemon dan menemukan petunjuk-peunjuk atau pertanyaan-pertanyaan mereka sangat antusias dan bersemangat serta lebih bermakna buat mereka. Proses belajar dengan Pokemon Go juga saya dokumentasikan bisa dilihat di sini: https://www.youtube.com/watch?v=mbH7aOO5aoI&t=90s
Selain itu saya juga mengadopsi permainan dadu yang dibagikan oleh Guru Wahyu Hidayat  untuk menarik perhatian siswa, tapi saya inovasikan untuk kegiatan ulangan/ evaluasi mandiri yang dilakukan oleh siswa. Pada saat penerapan strategi ini agak aneh kok bisa siswa ulangan kok ekspresi wajahnya tampak ceria dan tidak seperti biasanya ketika ada ulangan wajahnya kaya benang kusut. Untuk proses dokumentasi proses belajar ini bisa dilihat di sini:
       Selain metode dan media pembelajaran, saya juga belajar tentang  ice breaking dari Guru Ipin. Awalnya saya berpikiran ice breaking ini kegiatan yang tak begitu penting, selain buang waktu juga cuma main-main saja. Tetapi pemahaman saya tentang ice breaking salah besar. Justru ice breaking ini adalah suplemen penambah energi untuk siswa agar kembali bersemangat saat sudah mulai jenuh dengan waktu belajar yang cukup panjang (full day school). Dengan adanya ice breaking mampu membuat suasana kelas kondusif dan kembali memfokuskan konsentrasi siswa untuk semangat belajar. Bisa dilihat salah satu ice breaking yang saya lakukan yakni menebak nama tokoh nasional pada materi teks biografi yang saya dapat dari Fun Writing Camp di Malang di laman berikut ini:
Jadi sangat banyak yang saya dapatkan dari Komunitas Guru Belajar dan tiap mudik itu seperti halnya mencharger semangat belajar dan mengajar sehingga saya selalu bersemangat dalam belajar dan mengajar. Selain itu, dari Komunitas Guru Belajar-lah saya menyadari pentingnya memanusiakan hubungan karena sering kali kita selalu menuntut untuk didengar tapi kita jarang mendengarkan mereka (siswa). Padahal siswa juga ingin didengarkan ceritanya, pendapatnya, atau pandangannya tentang sesuatu hal. Dari Komunitas Guru Belajar saya belajar bagaimana jadi guru yang berdaya, guru yang tak pernah merasa cukup ilmu tapi guru yang selalu senantiasa semangat belajar untuk mengupgrade ilmunya menyesuaikan zaman dan kebutuhan pendidikan. Seperti halnya kalimat yang selalu digaungkan oleh rekan-rekan guru Komunitas Guru Belajar “Guru yang layak mengajar adalah guru yang terus belajar”.



temanbelajarmoe Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment