Tujuan kegiatan Pengenalan Lingkungan
Sekolah (PLS) diantaranya adalah menumbuhkan perilaku positif dan mengembangkan
interaksi positif antarsiswa dan warga sekolah lainnya. Adapun salah satu
materinya yakni Problem Solving/ permasalahan yang sering dihadapi di sekolah
dan cara menyelesaikannya. Namun, penyampaian materi problem solving yang
seharusnya bisa dimaksimalkan untuk menumbuhkan perilaku positif dan memberikan
pengalaman siswa dalam menyelesaikan permasalahan di lingkungan sekolah belum
mengena. Proses penyampaian materi mengenai problematika sekolah cenderung
teoritis, tidak melibatkan siswa, dan tidak memberi kesempatan siswa untuk
mencoba menyelesaikan permasalahannya sendiri. Hal tersebutlah yang menyebabkan
siswa kurang kreatif dan gagap dalam menyelesaikan permasalahan di sekolah,
sehingga mempengaruhi perilaku dan sikap siswa dalam mengambil keputusan saat
diterpa permasalahan di sekolah.
Kemudian saya menemukan cara agar
penyampaian materi problematika permasalahan di sekolah bisa lebih
memaksimalkan peran siswa sebagai pelaku dalam berbagai permasalahan di sekolah
yang selanjutnya siswa coba selesaikan masalah tersebut yaitu dengan
menggunakan media benang. Adapun konsepnya, siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok, selanjutnya diberikan sebuah permasalahan dalam bentuk cerita/
naratif dan masing-masing anggota berperan menjadi tiap tokoh dalam cerita
tersebut lalu berdiskusi untuk menyelesaikan masalah. Benang di sini berfungsi
untuk membentuk pola/ alur dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa.
Dengan strategi unik ini, saya yakin siswa akan lebih mandiri, kreatif, dan
percaya diri dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di sekolah.
Cerita pertama saya sisipkan nilai
kepedulian/ solidaritas, saya mulai bercerita dan siswa pun menyimak. Saat
cerita itu selesai siswa langsung membagi perannya masing-masing menjadi siapa,
kemudian mereka pun membentuk pola/ alur dalam menyelesaikan masalah. Dari
kegiatan tersebut mulai tampak kreativitas siswa, dari pola yang disajikan
bentuknya berbeda-beda, ada yang membentuk pola bintang, persegi, limas, dsb.
Saat mencoba membentuk pola merka juga berkerja sama dan berpikir kritis,
apakah alurnya sudah tepat atau belum, dan sesekali tampak mereka menggaruk-garuk
kepalanya (ekspresi beripikir). Begitu juga dengan cerita berikutnya, ekspresi
mereka riang gembira saat berusaha menyelesaikan masalah.
Pada tiap bagian permasalahan yang sudah diselesaikan siswa
mencoba menyimpulkan dan menyamakan persepsi agar apa yang sudah didiskusikan
oleh kelompok peserta PLS masing menjadi resolsui dalam memecahkan masalah
tersebut. Seperti halnya ketika ada permasalahan ada teman yang sakit di kelas,
kelompok 1 dan kelompok 3 memiliki persepsi yang berbeda. Kelompok 1 menjelaskan
yang seharusnya mengantar siswa sakit pulang ke rumah itu satpam, tetapi
kelompok 3 memiliki pendapat yang berbeda, jika satpam meninggalkan sekolah
terus siapa yang jaga sekolah. Kemudian mereka mencoba membuat resolusi bersama
sehingga solusi yang muncul itu merupakan buah pemikiran dan diskusi mereka.
Dengan demikian apabila siswa kelak menghadapi permasalah siswa akan lebih bisa
berpikir sistematis, mandiri, dan bertangunng jawab dengan keputusan yang
dibuatnya.
No comments:
Post a Comment